Hampir semua negara didunia ini dilanda masalah yang sama yakni narkoba. Tidak hanya menyerang orang dewasa saja melainkan semua golongan umur. Beritu juga di Indonesia, narkoba seperti sebuah penyakit yang tidak pernah bisa diberantas dengan tuntas sampai saat ini. Narkoba sendiri merupakan zat yang dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan/psikologi seseorang, serta dapat menimbulkan ketergantungan fisik dan psikologi.
Narkoba di Indonesia dikelompokan menjadi 4 yaitu kelompok Cannabis, Amphetamine Type Stimulants (ATS), Opiad dan Tranquilizer.
- Cannabis = marijuana/ganja dan hasish (getah ganja)
- ATS = amphetamin, ekstasi, katinon dan shabu (methamphetamin)
- Opiad = heroin (putau), morfin, opium, pethidin, codein, subutek/subuxon dan methadone
- Tranquilizer = luminal, nipam, pil koplo, mogadon, valium, camlet, dumolid, kokain dan ketamin
Namun menurut BNN, hanya beberapa jenis narkotika yang paling sering dikonsumsi di Indonesia yaitu marijuana, shabu, ekstasi dan heroin.
Berikut kami lampirkan beberapa penjelasan serta efek dari narkoba yang kami sebutkan diatas
1. Ganja
Ganja atau marijuana adalah kata yang digunakan untuk menggambarkan bunga, batang, biji dan daun kering dari tanaman ganja, Cannabis sativa, tanaman yang mengandung zat pengubah akal sehat delta-9 tetrahydrocannabiol (THC) dan senyawa lain yang terkait didalamnya.
Marijuana adalah narkotika yang paling umum digunakan di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Hasil survey oleh BNN menemukan bahwa pengguna ganja di tingkat pekerja sebanyak 950.000 orang lebih, pelajar sebanyak 550.000 orang, dan rumah tangga sebanyak 450.000an orang.
Orang-orang menggunakan ganja kering/marijuana dengan memasukannya ke dalam lintingan rokok atau ke dalam pipa yang biasa disebut bong. Mereka juga terkadang mengosongkan tembakau pada rokok dan diisi dengan tanaman tersebut. Guna menghindari asap yang dihasilkan, banyak orang yang menggunakan alat penguap (vaporizer) yang juga sering disebut bong. Alat ini dapat menarik zat-zat aktif, termasuk THC dari ganja dan mengumpulkan uap di unit penyimpanan. Seseorang yang menggunakan narkotika jenis ini kemudian akan menghirup uapnya, bukan menghirup asapnya.
Efek ganja jangka pendek
Ketika seseorang menghidap ganja, THC akan cepat melewati paru-paru menuju aliran darah. Darah akan membawa bahan kimia tersebut ke otak dan organ-organ lain di seluruh tubuh. Tubuh akan menyerap THC lebih lambat ketika terdapat aktivitas makan atau minum. Oleh karena itu, pada umumnya pengguna akan merasakan efeknya setelah 30 menit hingga 1 jam setelah pemakaian tersebut.
THC bekerja pada reseptor sel otak tertentu yang biasanya akan bereaksi terhadap zat alami yang mirip dengan THC di dalam otak. Zat-zat tersebut memiliki peran dalam merubah perkembangan dan fungsi otak kita. Ganja akan memaksakan fungsi bagian otak yang mengandung jumlah tertinggi pada reseptor tersebut. Hal ini akan menyebabkan pengguna merasakan “high” dan mengalami beberapa efek lainnya, seperti:
- Perubahankesadaran terhadap waktu
- Perubahan suasana hati
- Gerakan tubuh terganggu
- Kesulitan berpikir dan memecahkan masalah
- Gangguan terhadap daya ingat
Efek ganja jangka panjang
Ketika seorang menggunakan ganja pada jangka waktu yang panjang, maka ia akan merasakan penurunan daya pikir, memori, dan fungsi belajar serta memengaruhi kinerja otak. Efek ganja pada masalah tersebut akan betahan lama atau bahkan permanen.
Selain itu, jika digunakan dengan dosis yang tinggi, ganja juga dapat menyebabkan efek fisik dan mental seperti:
- Gangguan pernapasan. Asap ganja dapat menyebabkan iritasi pada paru-paru yang memicu batuk berdahak, sakit paru-paru hingga infeksi paru-paru.
- Meningkatkan denyut jantung. ganja dapat meningkatkan denyut jantung setelah 3 jam menghisap. Hal ini dapat menyebabkan serangan jantung.
- Gangguan pada bayi. Penggunaan ganja semasa kehamilan dapat memengaruhi perkembangan otak dan perilaku pada bayi.
- Halusinasi, paranoia dan berpikir secara tidak teratur.
- Pemakaian marijuana yang berkepanjangan dapat memengaruhi mental seseorang.
2. Ekstasi
Ekstasi adalah nama umum untuk 3,4-methylenedioxymethamphetamine (MDMA). Ekstasi adalah sejenis obat-obatan berbahan kimia sintetis dengan efek kompleks yang meniru stimultan shabu dan senyawa halusinogen. Pada awalnya ekstasi dipatenkan oleh perusahaan farmasi Jerman, Merck, pada tahun 1910 dan digunakan sebagai obat untuk meningkatkan mood dan membantu diet.
Namun, pada tahun 1985, AS Drug Enforcement (DEA) melarang penggunaan obat ini karena potensinya sangat besar dalam merusak otak. Menurut BNN, pil ekstasi merupakan narkotika peringkat 2 yang paling banyak dikonsumsi dengan jumlah pengguna sebanyak 412.464 orang pekerja, 150.674 orang rumah tangga dan 156.704 orang pelajar.
Efek ekstasi jangka pendek
Pengguna narkotika jenis ini biasanya akan merasakan efek ekstasi 30 menit setelah mengonsumsi. Beberapa efek ekstasi jangka pendek meliputi:
- Menurunnya nafsu makan
- Insomnia
- Pusing dan meriang
- Kram otot
- Tremor
- Berkeringat dingin
- Penglihatan buram
- Meningkatnya denyut jantung
- Tekanan darah akan meningkat
- Menegangnya mulut, wajah dan dagu
Efek ekstasi jangka panjang
Para peneliti percaya bahwa ekstasi dapat menyebabkan kebocoran serotonin di otak selama penggunaannya. Tanpa berfungsinya neurotransmitter, kondisi seperti depresi, kecemasan, insomnia dan kehilangan memori sangat mungkin terjadi. Kondisi ini akan dapat muncul dalam waktu yang sangat lama, bahkan setelah penggunaan telah berakhir.
Berikut adalah efek ekstasi jangka panjang terhadap psikologi dan fisik:
- Meningkatkan kecanduan
- Serangan panik berlebihan
- Insomnia
- Tidak mampu membedakan realita dan fantasi
- Delusi paranoid
- Depresi
3. Sabu
Methamphetamine atau yang biasa kita kenal sebagai sabu adalah sejenis stimultan obat yang sangat adiktif, yang secara kimiawi mirip dengan amfetamine. Bentuknya putih kristal, tidak berbau, dan pahit. Hasil survey BNN memperlihatkan shabu sebagai narkotika peringkat 3 yang paling sering dikonsumsi oleh masyarakat, yaitu 400.448 orang pekerja, 101.548 orang pelajar dan 199.796 orang rumah tangga.
Sabu dapat dikonsumsi dengan cara dimakan, dimasukan ke dalam rokok, dihisap dan dilarutkan dengan air atau alkohol, lalu disuntikan ke tubuh. Namun pada perkembangannya sekarang, para pengguna sabu lebih sering menggunakan alat berupa bong dan botol untuk filter agar yang hanya dihisap Cuma asap yang telah terfilter hanya zatnya saja. Merokok atau menyuntikan sabu dapat memberikan efek yang sangat cepat pada otak dan akan menghasilkan euforia yang intens. Karena euforia tersebut dapat memudar dengan cepat, maka pengguna sering memakainya berulang kali.
Efek shabu jangka pendek
Sebagai stimulan yang kuat, shabu dalam dosis kecil sekalipun dapat meningkatkan insomnia dan menurunkan nafsu makan. Shabu juga dapat menyebabkan masalah pada jantung, termasuk detak jantung cepat, denyut jantung tak teratur, dan peningkatan tekanan darah.
Sabu juga dapat meningkatkan jumlah neurotransmitter dopamine yang mengarah kepada tingginya tingkat kimia di dalam otak. Dopamin terlibat dalam fingsi motorik terhadap rasa senang dan motivasi. Kemampuan sabu dalam melepasakan dopamin ke otak sangat tinggi sehingga akan menghasilkan euforia mendadak dan singkat, sehingga para pengguna akan terus menambahkan dosisnya sedikit demi sedikit.
Secara umum, berikut efek shabu jangka pendek:
- Insomnia
- Hilangnya nafsu makan
- Euphoria dan sikap terburu-buru
- Denyut jantung cepat dan tak teratur
- Hipertermia
Efek shabu jangka panjang
Penyalahgunaan jenis sabu dalam jangka panjang dapat menyebabkan banyak efek negatif seperti kecanduan kronis yang disertai dengan perubahan fungsional dan molekul di dalam otak. Toleransi efek kegembiraan pada sabu akan muncul ketika digunakan selama berulang kali. Para pengguna akan selalu mengambil dosis yang lebih tinggi untuk mendapatkan efek yang diinginkan, sehingga hidup mereka akan terikat atau ketergantungan dengan obat tersebut. Ketika tidak mengonsumsi jenis narkotika sabu ini, mereka akan mendapatkan gejala seperti depresi, cemas, lelah, dan keinginan kuat untuk mengonsumsi zat tersebut.
Selain itu, penggunaan shabu telah terbukti memiliki dampak negatif terhadap sel-sel otak non-saraf yang disebut mikroglia. Sel-sel ini mendukung kesehatan otak dengan melindungi otak dari agen-agen infeksi dan menghapus neuron yang rusak. Jika terdapat kerusakan pada sel tersebut maka hal ini dapat meningkatkan seseorang terkena stroke yang dapat menyebabkan kerusakan permanen pada otak.
Berikut ini adalah efek sabu bila dipakai dalam jangka panjang terhadap fisik dan mental:
- Kecanduan
- Efek psikologi seperti paranoia, halusinasi, dan aktivitas motorik berulang
- Perubahan struktur dan fungsi otak
- Menurunnya kemampuan berpikir dan kemampuan motorik
- Melemahnya konsentrasi
- Hilang ingatan
- Perilaku agresif atau kekerasan
- Gangguan suasana hati
- Masalah gigi yang parah
- Menurunnya berat badan
4. Heroin
Heroin atau putaw adalah narkotika sangat adiktif yang diproses dari zat morfin, yaitu sejenis zat alami yang di ekstrak dari benih biji tanaman poppy varietas tertentu. Heroin biasa dijual dengan berbentuk serbuk putih atau kecoklatan yang telah dicampur dengan gula, pati, susu bubuk atau kina. Heroin yang murni berbentuk seperti serbuk putih yang sangat pahit dan biasanya berasal dari Amerika bagian Selatan.
Ada juga black tar heroin yang bentuknya lengket dan keras, biasanya diproduksi di Meksiko dan dijual di Amerika di bagian barat sungai Mississippi. Warna gelap berasal dari hasil campuran antara heroin dan tar hitam sisa dari metode pengolahan minyak mentah. Menurut hasil survey BNN, Heroin merupakan jenis narkotika peringkat ke-4 yang paling banyak dikonsumsi, dengan jumlah pengguna sebanyak 33.358 orang rumah tangga, 32.782 orang pekerja dan 29.838 orang pelajar.
Heroin biasanya digunakan dengan dihisap, dimasukkan ke dalam rokok atau dicairkan dengan memanaskannya di atas sendok lalu disuntikkan ke pembuluh darah, otot, atau di bawah kulit.
Efek heroin jangka pendek
Setelah heroin masuk ke dalam otak, ia akan berubah menjadi morfin dan mengikat dengan cepat ke reseptor opiad. Pengguna biasanya merasakan sensasi kegembiraan secara terburu-buru. Akan tetapi, intensitas kegembiraan yang dirasakan pengguna tergantung dari banyaknya jumlah obat yang dikonsumsi.
Berikut ini adalah efek heroin jangka pendek:
- Demam
- Mulut kering
- Mual
- Gatal
- Fungsi jantung melambat
- Pernapasan melambat
- Kerusakan otak permanen
- Koma
Efek heroin jangka panjang
Narkoba jenis ini dapat mengubah struktur fisik serta fisiologi otak yang dapat menyebabkan sistem saraf dan hormon menjadi tidak seimbang dalam jangka waktu yang lama. Penelitian menunjukkan bahwa kerusakan otak akibat heroin dapat memengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan, berperilaku, dan tanggapan pada situasi stres.
Selain itu, berikut efek heroin jangka panjang terhadap tubuh:
- Penurunan Kesehatan pada gigi, yang ditandai dengan gigi yang rusak dan gusi bengkak
- Rentan terhadap berbagai jenis penyakit karena sistem kekebalan tubuhnya menurun drastis
- Tubuh menjadi lemah, lesu, dan tidak bertenaga
- Nafsu makan yang buruk dan kekurangan gizi
- Insomnia
- Penurunan fungsi seksual
- Kerusakan hati atau ginjal secara permanen
- Infeksi katup jantung
- Keguguran
- Kecanduan yang menyebabkan kematian